- Tips Sukses Bisnis Rental Mobil
- Sekolah Forex Indonesia Tempat Belajar Forex Terbaik
- 4 Tips Dasar Untuk Mendapatkan Pinjaman Online Terbaik Untuk Bisnis UMKM Anda
- Apartemen untuk Investasi? Perhatikan 6 Hal Ini Dulu
- Saham Facebook Anjlok Rp 509 Triliun
- Trik Trading Bitcoin Dengan Efektif
- Perbedaan Emas Dan Bitcoin
- Apa Sih Beda Trading Forex vs Trading Bitcoin
- Apa Itu Sentimen Pasar Dalam Trading Forex?
- Akhir pekan, harga emas di posisi di Rp 641.000 per gram
Risiko Inflasi akan Paksa BI Ubah Kebijakan

Risiko Inflasi akan Paksa BI Ubah Kebijakan
Laju inflasi terkini patut diwaspadai oleh investor yang menanamkan modalnya di Indonesia. Meskipun sentimen ekonomi dan arus dana masuk sangat kondusif, bukan berarti tidak ada risiko investasi di negara ini. Demikian pendapat tim analis Credit Suisse, merespon laporan inflasi beberapa saat lalu.
“Tekanan inflasi memang lebih banyak disebabkan oleh lonjakan harga bahan pangan, namun Indonesia masih bergantung pada arus dana masuk untuk mendanai defisit perdagangannya,” ulas Credit Suisse. Lembaga keuangan ini memperkirakan defisit current account melebar jadi $30 miliar pada tahun ini, atau lebih buruk dibandingkan defisit tahun 2012 lalu yang sebesar $25 miliar. Pelemahan nilai tukar Rupiah selama tujuh kuartal beruntun juga merupakan gase depresiasi kurs terpanjang sejak krisis Asia 2008 silam.
Pagi ini, Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa inflasi berakselerasi dari 5.31% (Februari) menjadi 5.9% di bulan Maret 2013. Angka inflasi terbaru berada di atas target Bank Indonesia. Laju inflasi yang cepat membuka ruang bagi bank sentral untuk menaikkan Fasilitas Simpanan Bank indonesia atau FASBI sebanyak 25 poin menjadi 4.25% bulan ini. Pendapat itu dilontarkan oleh Bank of America-Merrill Lynch. Penyesuaian FASBI lebih realistis karena otoritas tanpak enggan mengubah suku bunga acuan dari level 5.75% dalam waktu dekat. “Kami memperkirakan total kenaikan FASBI mencapai 75 basis poin sepanjang tahun ini, mengacu pada kebijakan subsidi BBM pemerintah,” ujar tim analis Merrill-Lynch.