- Tips Sukses Bisnis Rental Mobil
- Sekolah Forex Indonesia Tempat Belajar Forex Terbaik
- 4 Tips Dasar Untuk Mendapatkan Pinjaman Online Terbaik Untuk Bisnis UMKM Anda
- Apartemen untuk Investasi? Perhatikan 6 Hal Ini Dulu
- Saham Facebook Anjlok Rp 509 Triliun
- Trik Trading Bitcoin Dengan Efektif
- Perbedaan Emas Dan Bitcoin
- Apa Sih Beda Trading Forex vs Trading Bitcoin
- Apa Itu Sentimen Pasar Dalam Trading Forex?
- Akhir pekan, harga emas di posisi di Rp 641.000 per gram
Korut Aktifkan Lagi Reaktor Nuklir Andalan

Korut Aktifkan Lagi Reaktor Nuklir Andalan
Korea Utara pada hari Selasa (02/04) mengumumkan rencana pengaktifan kembali reaktor nuklirnya untuk memenuhi kebutuhan material senjata dan sumber daya. Pernyataan Pyongyang kian memperkeruh situasi politik regional, khususnya dengan negara tetangga Korea Selatan.
Reaktor di wilayah Yongbyon, sekitar 90 kilometer (55 mil) bagian utara Pyongyang, ditutup pada tahun 2007 lalu sesuai dengan perjanjian pelucutan senjata nuklir internasional. Reaktor berkapasitas 5 megawatt tersebut merupakan sumber utama plutonium bagi program persenjataan Korut. Pemerintah kemudian mengumumkan pendirian fasilitas pengayaan nuklir baru pada tahun 2010 untuk memasok bahan baku senjata pemusnah massal.
Dalam pernyataannya melalui kantor berita nasionalnya, Korut menyatakan segera menaktifkan lagi fasilitas nunklir Yongbyon dan tidak berniat untuk menunda-nunda. Namun banyak pengamat meyakini bahwa pemerintah membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk sepenuhnya mengoperasikan reaktor. Citra satelit memperlihatkan proses konstruksi sedang berlangsung di tempat itu akan tetapi masih belum jelas sejauh mana kemajuan yang sudah dicapai.
“Dibutuhkan setidaknya satu tahun bagi Korut untuk mengaktifkan lagi reaktor nuklirnya. Butuh waktu lama untuk memperbaiki menara pendingin yang rusak sebelum kembali beroperasi,” ujar Lee Ho-ryung, Spesialis Program Nuklir di Korea Institute for National Unification, Seoul. Pihak Pyongyang mengakui fasilitas pengayaan Yongbyon merupakan sumber material nuklir utamanya. Akan tetapi banyak pengamat meyakini bahwa pemerintah memiliki fasilitas nuklir lain yang tidak kalah penting.
Sejak uji coba senjata pertama tahun 2006, Pyongyang berulangkali meminta Amerika Serikat dan negara sekutunya untuk mengakui keberadaan Korut sebagai negara dengan sumber daya nuklir terbesar. Dengan begitu, Korut memiliki posisi tawar yang besar dalam setiap kerjasama internasional. Pengembangan tenaga nuklir Korea memang sudah dimulai sejak tahun 1970-an, akan tetapi prosesnya berjalan lambat di tengah kemiskinan dan sanksi dunia luar. Sejak tahun 1994 sampai 2002, negara ini resmi menghentikan proyek pengembangan nuklir di bawah kesepakatan dengan Amerika Serikat. Kemudian kesepakatan itu pecah di tahun 2002, karena Pyongyang kembali melakukan riset senjata dengan memakai bahan uranium dan bukan menggunakan bahan plutonium, sebagaimana penggunaannya tercantum pada pakta tahun 1994.
Pada November 2010, Korut memamerkan hasil kerjanya kepada ahli sains asal Amerika, Siegfried Hecker. Hecker diajak melakukan tur untuk melihat laboratorium pengolahan uranium hingga ke tahapan pemurnian sehingga dapat dijadikan bahan senjata nuklir. Sejak saat itulah krisis nuklir antara Korut, Korsel dan Amerika semakin meruncing.