- Tips Sukses Bisnis Rental Mobil
- Sekolah Forex Indonesia Tempat Belajar Forex Terbaik
- 4 Tips Dasar Untuk Mendapatkan Pinjaman Online Terbaik Untuk Bisnis UMKM Anda
- Apartemen untuk Investasi? Perhatikan 6 Hal Ini Dulu
- Saham Facebook Anjlok Rp 509 Triliun
- Trik Trading Bitcoin Dengan Efektif
- Perbedaan Emas Dan Bitcoin
- Apa Sih Beda Trading Forex vs Trading Bitcoin
- Apa Itu Sentimen Pasar Dalam Trading Forex?
- Akhir pekan, harga emas di posisi di Rp 641.000 per gram
Industri Properti Masih Jatuh

Steven Gunawan, Analis Batavia Prosperindo Sekuritas mengungkapkan kondisi industri properti saat ini bahwa secara riil di sepanjang semester I 2014, permintaan properti memang seret. Pelambatan akan terus terjadi hingga akhir tahun sebagai akibat dari kenaikan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) ditambah kebijakan loan to value yang diterapkan oleh regulator.
Efek kebijakan LTV membesar karena ditambah larangan kucuran kredit bagi rumah inden. Selain itu, bisnis properti secara umum memang mengalami siklus lima tahunan dengan puncak permintaan terjadi pada tahun 2012 lalu. Tahun ini, permintaan properti jatuh di titik nadir. Kemungkinan akan mencapai titik puncak lagi pada tahun 2017 mendatang.
Tapi, perlambatan tidak terjadi di semua segmen. Dari tiga segmen properti, segmen residensial tetap tinggi permintaannya sebab, ada backlog 15 juta rumah. Sejak tahun 2000, pengembang hanya mampu membangun 400.000 rumah setiap tahun. Padahal, per tahun ada permintaan 700.000 rumah. Inilah yang menyebabkan permintaan tetap tinggi secara riil.
Segmen komersial dan segmen industrial paling terkena dampak perlambatan industri properti. Mengapa? Sebab tahun ini adalah tahun pemilu. Para pelaku bisnis properti menunggu hasil pemilu. Penting bagi pelaku pasar mengetahui kebijakan pemerintah baru di industri properti.
Memang, ada juga faktor lain. Ada fenomena broker properti yang kerap menyerap suplai properti dan menahan suplai supaya harga tetap melambung. Tapi, fenomena ini tidak terjadi di semua daerah. Tren ini terjadi di kota-kota besar seperti Jabodetabek, Surabaya, Balikpapan yang memang prospeknya besar.
Faktor yang mempengaruhi permintaan properti yang akan datang adalah kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI). Ada potensi BI akan menaikkan BI rate di kuartal IV tahun ini untuk mengantisipasi kenaikan bunga The Fed. Jika ini terjadi, dikhawatirkan permintaan properti akan turun dan makin melambat.
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Pakar Investasi Apps di Android Anda.